#87 Pretending

image

Kim Mingyu selalu menyukai musim panas, dia akan berjemur sambil membaca buku atau bermain basket untuk menghabiskan waktu. Tapi kegiatan itu sudah hilang sejak beberapa tahun lalu.

Sejak ia bertemu dengan seorang gadis manis yang memiliki mata bulat dan jernih. Gadis itu tidak bisa berada di bawah matahari terlalu lama apalagi menemaninya bermain basket seperti yang dilakukan pasangan kekasih yang sering dilihatnya di drama.

Namanya Jeon Miso, gadis manis yang selalu di sayangi Mingyu. Dia baru saja keluar dari ruangan dokter yang mungkin sudah bosan didatanginya setiap minggu.

Tapi kali ini berbeda, ada kabar gembira yang membuatnya terus menyunggingkan senyum sampai dia bertemu dengan Mingyu.

“Apakah ada kabar baik?”

Mingyu langsung berdiri ketika gadis itu datang kearahnya dengan senyum. Miso artinya senyuman, nama yang sangat cocok untuknya. karena setiap tersenyum, Miso berhasil mengubah musim panas yang terik menjadi musim semi yang sejuk dan menenangkan bagi Mingyu.

“Dokter bilang, ada seseorang yang akan mendonorkan jantungnya untukku. Mungkin satu atau dua minggu ke depan aku sudah bisa operasi.” Miso menjawab riang.

Dia begitu senang bisa mendapatkan donor. Itu berarti dia bisa menemani Mingyu berjemur di musim panas ataupun bermain salju ketika musim dingin. Membayangkannya saja sudah membuatnya tidak sabar.

“Benarkah? Aku senang sekali mendengarnya. Selama menunggu, jaga kesehatanmu baik-baik ya.” Balas Mingyu sambil mengacak pelan rambut gadis itu.

“Tentu saja. Oh iya, kau akan membuatkanku boneka salju kan saat musim dingin nanti? Tahun ini aku sudah bisa bermain salju denganmu.”

“Baiklah, aku akan buatkan yang mirip Olaf. Ayo pulang, aku akan mengantarmu sampai ke depan wajah Somi.”

Mingyu menggenggam tangan gadis nya dengan erat, begitu erat seolah dia tidak ingin melepasnya.

Miso mengidap Kardiomiopati, penyakit miokardium atau otot jantung. Ditandai dengan hilangnya kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara normal. Awalnya penyakit ini memiliki gejala ringan, tapi beberapa bulan terakhir keadaannya menjadi buruk dengan cepat. Itulah mengapa Miso harus melakukan transplantasi jantung agar tidak terjadi hal yang selama ini selalu di takutkannya.

~~~

Somi baru saja selesai membereskan tempat tidur kakaknya ketika mendengar suara pintu dibuka. Dia segera menuju keluar. Wajah kakaknya yang selalu pucat itu terlihat berseri hari ini.
Apa yang membuatnya begitu senang? Apakah Mingyu memberinya kejutan yang indah?

“Oppa, apa kau memberikan sesuatu kepada unnie-ku? Kenapa dia berseri-seri hari ini?” Selidik Somi sambil membantu kakak perempuannya itu duduk di sofa.

“Bukan aku, tapi dokter. Biar kakakmu saja yang menjelaskannya, aku harus pulang. Sampai nanti ya.”

Minggyu mengusap pelan pundak Miso kemudian pergi.

Somi menuangkan segelas air hangat untuk kakaknya minum obat. Dia sudah mendengar semua hal tentang transplantasi jantung yang akan dilakukan Miso sebentar lagi. Hanya saja ada satu hal yang di beritahu Miso kepada Somi tapi Mingyu tidak mengetahuinya.
Kemungkinan berhasilnya transplantasi jantung adalah 50:50.
Apa yang akan dikatakan Mingyu kalau sampai operasi ini gagal?

“Somi-ya, setelah operasiku selesai nanti, kau tidak perlu mengantarku ke Seochu-gu lagi. Aku akan pergi sendiri.”

“Unnie, apa maksudmu? Memangnya hanya kau saja yang ingin menonton teater di sana? Aku juga mau.”

Dengus Somi pada kakaknya yang sekarang sudah banyak berkhayal tentang masa di mana dia tidak perlu kesakitan lagi.

Mingyu dan Somi sudah duduk di depan ruang operasi menunggu Miso yang akan segera di bawa masuk ke dalam. Gadis itu sudah mengenakan baju khusus untuk operasi.
Mingyu menggenggam erat tangannya. Meyakinkan gadisnya kalau semua akan baik-baik saja.

“Jangan pergi sampai aku kembali ya.”

Suara lemah Miso membuat dada Mingyu terasa sesak. Air matanya tertahan, dia tidak ingin Miso melihatnya lemah. Perlahan genggaman tangannya terlepas. Setetes air mata jatuh begitu saja.

~~~
Musim dingin

Manusia salju berbentuk seperti Olaf sudah berdiri di taman yang tidak jauh dari rumah Miso. Mingyu hanya perlu menjemputnya dan menunjukkan dua manusia salju yang sudah dibuatnya.

“Oppa?”

Somi terkejut ketika mendapati Mingyu berdiri di depan pintunya dengan hidung agak merah, dia pasti kedinginan setelah memegang salju.

“Miso di mana? Aku sudah membuatkannya manusia salju.”

“Oppa, Miso unnie—“

“Ah, aku tahu. dia pasti ke Seochu-gu kan? Dia suka sekali menonton teater di musim dingin seperti ini. aku akan menyusulnya ke sana saja. Sampai jumpa Somi-ah.”

Tanpa mendengar balasan Somi, Mingyu langsung bergegas pergi. sepertinya dia begitu semangat untuk memberitahu Miso tentang manusia salju yang sering di katakannya saat musim panas beberapa bulan lalu.

Mingyu sudah berdiri di depan gedung Seoul Art Center. Dia masuk ke tempat di mana teater berlangsung. Pandangannya menyapu segala sudut ruangan. Tapi tidak ditemukannya Miso di sana.

“Gadis jahil itu, sepertinya dia sedang mengerjaiku sekarang.” Gumam Mingyu.

Dia merogoh saku celana jeansnya untuk mengambil ponsel. Mingyu menelpon Miso. Tapi nomornya tidak aktif. Miso benar-benar ceroboh. Dia pasti lupa mengisi baterai ponselnya lagi.

“Yeoboseyo? Jeon Somi. Kakakmu mengerjaiku. Dia tidak ada di Seochu-gu, aku akan menunggunya di taman. Dan katakan padanya untuk mengisi baterai ponselnya. Kenapa dia tidak pernah mengisi baterai?”

Gerutu Mingyu dalam sekali tarikan nafas. Membuat Somi tidak sanggup mengatakan apa-apa lagi.

Mingyu sudah kembali ke taman, dilihatnya dua manusia salju masih berdiri dengan wortel yang menjadi hidungnya. Mingyu duduk berhadapan dengan dua manusia salju itu dan menghela nafas berat. Somi datang mendekat, dia memberikan segelas kopi hangat yang asapnya masih mengepul.

“Kemana kakakmu? Apakah dia malu bertemu denganku setelah mengerjaiku sampai ke Seochu-gu?”

“Oppa—“

“Kenapa kau tidak memberikan gula pada kopiku? Kakakmu sengaja menyuruhmu ya?”

“MINGYU OPPA SADARLAH!” Suara Somi meninggi, membuat Mingyu menatapnya tajam.

Kenapa Somi berteriak padanya? Kesalahan apa yang telah dibuatnya?

“Sadarlah oppa, Miso unnie sudah meninggal.”

***

Seorang dokter keluar dengan wajah lelah, sudah lebih dari 8 jam sejak operasi di laksanakan. Mingyu tidak tau harus bertanya apa. Somi hanya duduk lemas bersiap menunggu apapun yang dikatakan oleh dokter.

“Aku minta maaf, pasien tidak bisa bertahan”

Dokter menundukkan kepala dihadapan mereka berdua. Somi menangis histeris, tidak percaya bahwa kakak perempuan yang sangat disayanginya pergi begitu saja.
Sedangkan Mingyu hanya terdiam. Tubuhnya mati rasa, kepalanya tidak bisa mencerna apa saja yang telah di katakan dokter. Keadaan di sekitarnya seolah sepi.
Dia tidak bisa mendengar apa-apa.

***

Mingyu masih tertegun menatap Somi yang sudah lelah dengan sikap Mingyu yang terus saja menganggap kakaknya masih ada.
Mingyu meneguk kopi sebentar kemudian menghela nafas.

“Aku tahu Somi-ah, aku hanya ingin bersikap seperti ini saja. Berpura-pura seolah dia masih ada.”

—fin—

2 thoughts on “#87 Pretending

Leave a comment